And The Story Goes...
  • Home
  • Cerpen
  • Puisi
  • Buku
  • Proyek Berjalan
    • Remember You
    • Hitam
  • Contact Us
Mataku mengerjap menerima silaunya sinar matahari pagi yang menyombongkan dirinya pada dunia. Langit begitu cerah dan biru. Sama seperti hari-hari sebelumnya, tapi kali ini yang kurasakan berbeda.
Tidak. Aku pernah merasakannya. Ah, tidak ini lebih buruk. Ini lebih buruk dari rasa sebelum aku bertemu denganmu, Guru. Rasa ini lebih pahit dan menyesakkan.


http://achristianpilgrim.files.wordpress.com/2013/02/simon-petrus-sang-nelayan.jpg?w=645

Aku mengerjapkan mataku karena silaunya matahari pagi. Suara ayam berkokok menyadarkanku dari mimpi indah. Mimpi indah yang mungkin tidak akan pernah aku rasakan.
Kulihat sisi ranjangku. Pria di sebelahku mendengkur dengan tenang.
Beberapa saat lagi dia akan pergi. Sama seperti kemarin, kemarinnya lagi dan kemarinnya lagi. Dia sama seperti pria-pria sebelum-sebelumnya.
Kubungkus tubuhku dengan selimut agar hangat dan tidak merasakan dinginnya udara pagi yang menusuk. Kuhampiri meja tempat kaki dian di telakkan. Sekantung uang sudah aku dan pria itu sepakati semalam. Setidaknya ia meninggalkan apa yang seharusnya ia bayar.
Criiingg!!
“ Iya, Dia datang ke kota ini! Orang itu! Sekarang rombongan mereka sedang ada di pinggir kota. Mungkin sebentar lagi akan sampai di pusat kota.”
“ Aku ingin melihat Dia. Mungkin nanti Dia akan membuat mukjizat lagi.”
“ Iya benar! Ayo ke sana !”
Pembicaraan dua pria yang ada di meja belakang mengusik telingaku. Sudah beberapa hari ini orang-orang terus membicarakan ‘Dia’. Mereka bilang Dia tukang kayu, tapi ada juga yang bilang Dia itu nabi. Aku tidak tahu mana yang benar, tapi sama seperti mereka, aku penasaran.
“ Jadi, benar nabi itu sudah sampai di kota ini?” tanyaku pada pelayan kedai yang membereskan meja sebelaj mejaku.
“ Iya, sepertinya begitu.” Jawab pelayan itu sekedarnya. Ia tidak terlalu ramah padaku.
Sebenarnya semua orang tidak ramah padaku. Mereka tidak pernah suka padaku. Setiap kali aku
Aku menghentikan gerakan tanganku yang sedang  memeriksa daun-daun kopi yang sepertinya terkena hama. Beberapa meter di depanku, Rinto, pembantu kepercayaanku berlari-lari seperti orang dikejar polisi. Beberapa kali ia melewati gundukan batu dan lubang dengan melompatinya seperti seorang pelari halang rintang.
Begitu ada di dekatku, ia menghentikan langkahnya dengan mendadak hingga hampir terjatuh. Nafasnya ngosngosan diikuti bahunya yang naik turun karena kelelahan. Keringatnya bercucuran membasahi klitnya yang coklat sawo matang.
“ Ada apa?” tanyaku setelah melihat napas Rinto mulai tenang.
“ Itu.. Tuan muda Tegar… Sudah pulang!” jelas Rinto sambil beberapa kali menelan ludah untuk membuat napasnya lebih tenang.
Older Posts Home

Buku Anak

Buku Anak
Buku “Menjadi Kakak” ditulis oleh Mesty Ariotedjo (dokter spesialis anak), Grace Sameve (psikolog anak), Reda Gaudiamo (penulis buku anak), dan Bellansori (ilustrator).

ABOUT ME

“Artists use lies to tell the truth. Yes, I created a lie. But because you believed it, you found something true about yourself.” ― Alan Moore, V for Vendetta

POPULAR POSTS

  • REMEMBER YOU: Ben, Kau Gila!
  • REMEMBER YOU: Luka
  • Remember You - Prolog
  • Alien
  • REMEMBER YOU: Membayar Kesalahan

Categories

A Jar Of Cookies 1 break up 1 broken heart 1 CERPEN 9 CERPEN KRISTEN 4 CoratCoret 1 FF 9 flash fiction 3 hitam 7 Novel 11 Poems 9 ProyekMenulis 3 puisi 5 putus 1 Remember You 13
Powered by Blogger.

Search This Blog

Recent in Recipes

About Me


“Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited to all we know and understand, while imagination embraces the entire world, and all there ever will be to know and understand.” ― Michael Scott, The Warlock

Popular Posts

  • REMEMBER YOU: Ben, Kau Gila!
  • REMEMBER YOU: Luka
  • Remember You - Prolog

Jasa Lukisan Wajah

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates