And The Story Goes...
  • Home
  • Cerpen
  • Puisi
  • Buku
  • Proyek Berjalan
    • Remember You
    • Hitam
  • Contact Us
PIXABAY


Berapa lama lagi aku harus menunggu? Berapa kali lagi aku harus mengerti?

Mereka bilang cinta itu sabar. Seberapa sabar?

Mereka bilang cinta itu penuh pengertian. Sejauh apa aku harus mengerti??

Aku meremas rokku yang sudah basah oleh air hujan. Payung tak bisa lagi menahan air hujan yang membasahi setiap sudut kota Jakarta.

Lagi..lagi aku menunggunya. Menunggu seperti orang bodoh. Tanpa kabar. Tanpa berita.

"Kita ketemu di Cafe Situ jam 7 yaa." Begitu katanya.

Dengan penuh semangat dan harapan aku tiba di sini setengah 7. Tentu saja dia belum muncul.

Katanya, "Ini sebagai permintaan maafku. Aku akan traktir kamu."

Suaranya begitu mesra membujuk. Lalu.. Aku percaya. Ya tentu saja aku percaya pada kata-kata cinta selalu memberi kekuatan untuk selalu bersabar.

Tapi... Apa aku harus bersabar lagi? Ini sudah pukul 9 malam. Aku menunggunya dengan sabar. Aku menghubunginya berkali-kali. Tidak diangkat. Aku chat, tidak dibaca.

Apakah di mempermainkanku??

Aku lelah menunggu. Aku selalu menunggunya. Sejam. Dua jam.

Ia bilang ia sedang bersama teman-temannya. Lain hari ada temannya minta diantar. Lain hari lagi ia harus latihan band.

Aku selalu mengerti. Karna memang aku hanya perempuan kuper yang tidak banyak kegiatan. Waktuku begitu luang. Tidak seperti dirinya yang dalam satu minggu, 7 hari, 24 jam selalu punya kegiatan.

Mungkin kami memang bukan pasangan yang seimbang. Mungkin aku memang tidak pantas mendampinginya. Mungkin aku.... Kami... putus saja...

Aku..
Aku hanya seperti perempuan gila yang mengekornya dari belakang. Berharap ia menoleh lalu mengulurkan tangan membawaku pergi bersamanya. Tapi, dia seorang seniman. Hatinya tidak pernah terikat pada 1 hati. Tidak.

Sampai hari ini... aku masih sama. Perempuan gila yang mengejarmu dari belakang. Yang tidak akan kau anggap sebagai sesuatu yang pantas kau pertahankan... aku....

******

Lagi.. lagi aku membuatnya menunggu. Kali ini di bawah hujan deras. Ia basah kuyup. Ia tertunduk dengan bahu yang lemah.

Lagi-lagi aku melakukannya. Membuatnya menungguku. Saat aku sibuk dengan teman-temanku, saat aku asik memainkan gitarku atau bercanda dengan teman-teman perempuanku.

Dia selalu menungguku dengan sabar. Sering kali ia tetap tersenyum sekali pun aku terlambat 1 jam, 2 jam. Dia sabar menghadapiku.

Apakah kali ini dia akan sama? Saat aku mulai menyadari, hanya dia yang selalu menungguku. Hanya dia yang selalu menyambutku dengan segala kegagalanku sebagai manusia. Sebagai seorang pria.

Bouqet mawar putih di tanganku telah hancur oleh hujan dan angin. Kotak cincin di kantongku tak lagi berharga karna aku kehilangan isinya.

Dua jam aku menerobos hujan dan kemacetan Jakarta. Berharap aku tidak terlambat.

Tapi..
Aku terlambat lagi. Dia di situ menungguku dalam dinginnya malam dan hujan.

Aku mendekat dan ia mengangkat kepalanya. Biasanya wajah itu tersenyum lebar menyambutku, tapi kali ini dia diam. Matanya tampak kosong menatapku.

"Maaf. Aku terlambat." Seruku melawan suara hujan. Aku mengulurkan bouqet mawar yang sudah tak berbentuk.

Maafku...
Entah maaf yang sudah ke berapa. Biasanya aku yakin ia akan memaafkanku, tapi kali ini...

"Selesai..." bisiknya membuatku terpaku.

Apanya yang selesai? Pertanyaan yang tak bisa kuucap. Tapi cukup untuk membuat jantungku melorot.

Apakah maksudnya selesai adalah 'itu'? Aku tidak mau berasumsi.

Ia melangkah mendekatiku, mengambil biuqet dari tanganku dan berbisik tajam. Bahkan suara hujan seperti hilang tiba-tiba.

"Kita putus."

Dia melewatiku. Mengangkat tangannya menghentikan bus umum yang lewat. Itu bukan bus jurusan ke arah rumahnya.

Dia mau ke mana??

Putus??

Kata itu mulai membuat perutku mulas.
Aku hanya bisa berdiri di tengah hujan. Mengulang kata-kata itu di kepalaku.

Putus.

Apakah akhirnya aku kehilanganmu??


Jakarta,16022016


Older Posts Home

Buku Anak

Buku Anak
Buku “Menjadi Kakak” ditulis oleh Mesty Ariotedjo (dokter spesialis anak), Grace Sameve (psikolog anak), Reda Gaudiamo (penulis buku anak), dan Bellansori (ilustrator).

ABOUT ME

“Artists use lies to tell the truth. Yes, I created a lie. But because you believed it, you found something true about yourself.” ― Alan Moore, V for Vendetta

POPULAR POSTS

  • REMEMBER YOU: Ben, Kau Gila!
  • REMEMBER YOU: Luka
  • Remember You - Prolog
  • Alien
  • REMEMBER YOU: Membayar Kesalahan

Categories

A Jar Of Cookies 1 break up 1 broken heart 1 CERPEN 9 CERPEN KRISTEN 4 CoratCoret 1 FF 9 flash fiction 3 hitam 7 Novel 11 Poems 9 ProyekMenulis 3 puisi 5 putus 1 Remember You 13
Powered by Blogger.

Search This Blog

Recent in Recipes

About Me


“Imagination is more important than knowledge. For knowledge is limited to all we know and understand, while imagination embraces the entire world, and all there ever will be to know and understand.” ― Michael Scott, The Warlock

Popular Posts

  • REMEMBER YOU: Ben, Kau Gila!
  • REMEMBER YOU: Luka
  • Remember You - Prolog

Jasa Lukisan Wajah

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates