Mungkin ini bukan cinta. Hanya obsesi atau mungkin ambisi.
Aku sudah berusaha berpaling darimu. Tapi, entah mengapa sulit bagiku.
Kamu..
Seperti bagian dari diriku. Seperti potongan puzzle yang selama ini aku cari.
Seperti bagian dari diriku. Seperti potongan puzzle yang selama ini aku cari.
Cara berpikirmu. Caramu merasa. Caramu bercanda. Bahkan caramu tertawa.... Mengapa terasa begitu nyaman bagiku?
Aku tidak merasakannya pada yang lain. Aku tidak menemukannya dari yang lain. Tidak. Mengapa aku tidak bisa menemukannya??
Kau tahu??
Setiap kali menyadari keberadaanmu, jantungku melompat kegirangan hingga terasa pedih dan tersayat.
Setiap kali menyadari keberadaanmu, jantungku melompat kegirangan hingga terasa pedih dan tersayat.
Apakah aku menginginkanmu?
Aku tidak tahu
Aku hanya tahu, aku nyaman ada di dekatmu
Aku ingin berlama-lama di sisimu
Aku tidak tahu
Aku hanya tahu, aku nyaman ada di dekatmu
Aku ingin berlama-lama di sisimu
Tapi tentu saja tidak bisa yaa..
Hanya kesempatan-kesempatan ini yang bisa membuat aku bisa ada di dekatmu
Walau kesempatan ini selalu menyakitkan
Hanya kesempatan-kesempatan ini yang bisa membuat aku bisa ada di dekatmu
Walau kesempatan ini selalu menyakitkan
Dan mungkin..
Inilah saat yang paling menyakitkan..
Inilah saat yang paling menyakitkan..
Sudahlah..
Aku akan melepaskan rasa ini
Aku akan meninggalkan kerinduan ini
Aku akan melepaskan rasa ini
Aku akan meninggalkan kerinduan ini
Bukan
Bukan aku menginginkanmu jadi milikku
Aku hanya nyaman ada di dekatmu
Seolah kau belahan jiwa yang kucari
Bukan aku menginginkanmu jadi milikku
Aku hanya nyaman ada di dekatmu
Seolah kau belahan jiwa yang kucari
Kenyataannya tidak demikian...
Sayangnya tidak demikian...
Sayangnya tidak demikian...
******
"Tania, makasih ya buat acaranya. Keren banget. Tim kamu bekerja dengan sangat luar biasa."
Aku berpaling pada suara renyah itu dan tersenyum puas. Satu pelanggan dipuaskan atas pelayanan tim kami.
"Sama-sama, Dan. Sudah jadi kewajiban kami tentunya."
" Sekali lagi thank you yaaa."
Danu menyalam tanganku erat. Yang artinya sebagai perpisahan.
"Happy Wedding.." aku tersenyum lebar walau terasa pahit di lidahku.
Danu mundur perlahan seolah agak berat memalingkan wajahnya. Dia membuatku agak grogi dengan tindakannya itu. Akhirnya ia melambaikan tangannya dan berbalik menghampiri bidadarinya.
Ada sesuatu yang mengganjal di hatiku..
Aku tak tahu apa...
Aku tak tahu apa...
****
Wajah itu lagi..
Mengapa kau memandangnya dengan cara itu? Pahitkah hatimu melihatnya?
Mengapa kau memandangnya dengan cara itu? Pahitkah hatimu melihatnya?
Berkali-kali aku menemukan matamu memandangnya dari kejauhan. Aku tak mengerti artinya. Tapi aku tahu di sana ada kesedihan.
Apakah kau jatuh cinta padanya? Apakah kau menginginkannya? Tapi dia sudah menikah. Ya, hari ini lebih tepatnya.
Sudahkah kau melepaskannya? Atau kau masih berharap?
Kau menundukkan kepalamu dalam saat ia sudah keluar dari ballroom. Kau menarik napas dalam seolah paru-parumu tertindih begitu berat.
Katakan padaku..
Aku ingin tahu..
Apa yang ada di hatimu
Pikiranmu..
Aku ingin tahu..
Apa yang ada di hatimu
Pikiranmu..
Apakah kau menginginkannya??
Apakah kau mencintainya??
Aku ingin tahu..
Apakah kau mencintainya??
Aku ingin tahu..
*****
Aku melepaskanmu..
Tania lepaskan dia..
Lepaskan dia..
Tania lepaskan dia..
Lepaskan dia..
Biar dia hanya menjadi kenangan indah.
Kenangan indah yang tidak perlu disimpan lama.
Kenangan indah yang tidak perlu disimpan lama.
Aku menarik napasku dalam dan tak kusangka begitu sesak dan berat. Sebegitu berpengaruhnya dirimu terhadapku ternyata.
Aku tak menyangka..
Aku berbalik ke arah ruang tunggu untuk membereskan barang-barang tim WO kami dan tersentak. Di sana Ryan berdiri bersandar di pintu menatapku tajam dan penuh selidik.
Apakah aku kepergok??
Ryan tersenyum kaku padaku dan pastinya itu artinya ia melihat semuanya. Ekspresiku? Caraku menatap Danu? Caraku menarik napas? Apa saja yang dia lihat??
" Sudah selesai."
Tiba-tiba Ryan bicara. Aku tak mengerti apa maksud "sudah selesai". Dia bicara tentang perasaanku pada Danu atau tentang acara hari ini? Aku akan menganggapnya sebagai "acaranya sudah selesai".
" Iya, thank you ya buat kerja bagusnya!! Akhirnya kita bisa istirahat." Ujarku penuh semangat. Berusaha melepaskan ketegangan dibahuku.
Aku..malu kalau Ryan benar-benar memergoki perasaanku. Rahasia terdalamku.
"Yuk, pulang!!" Aku berjalan melewati Ryan untuk masuk ke ruang tunggu, mengambil tasku.
Singkat, tapi begitu memukul, tiba-tiba Ryan menepul bahuku mantap.
" Lo akan baik-baik aja." Ia tersenyum lebar. Tatapannya penuh keyakinan mendukungku.
Mulutku terbuka ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Ryan masih memandangku penuh keyakinan. Seolah keyakinan itu mengalir ke dalam hatiku, aku pun merasa aku akan baik-baik saja.
"Thanks.." bisikku pelan.
Tidak banyak kata-kata yang kami ucapkan saat aku dan Ryan melangkah masuk ke ruang tunggu bergabung dengan tim kami. Dengan suara pelan dan dalam ia menceritakan patah hatinya yang pertama di kelas 5 SD.
Jadi, dia pikir aku patah hati?? Ya, mungkin saja...
Tiba-tiba saja beban itu hilang. Tindihan di dada itu lenyap.
Karna seseorang memergokiku "patah hati"...
Aku ketahuan...
Dan dia tidak diam...
Aku ketahuan...
Dan dia tidak diam...
Terima kasih...